Manusia sangat punya kesenangan untuk bertengkar dan berpecah-belah satu sama lainnya.
Manusia sangat suka membela golongannya sendiri, partainya sendiri, alirannya sendiri, kepentingannya sendiri.
Pembelaan
atas golongannya sendiri itu bisa berpijak pada keyakinan atas
kebenaran golongannya atau atas pilihan ideologi kelompoknya atau yang
banyak adalah karena digolongannya itu terletak mata pencahariannya,
terletak pemenuhan atas kepentingan karier dan keuntungan² pribadi
lainnya.
Diantara yang berkecenderungan terakhir itu ada yang karena
keterpaksaan sebab tidak ada pilihan lain kecuali loyalitas tunggal,
atau ada yang karena selalu merasa tidak cukup, alias karena
keserakahan.
Manusia sangat hobi makan 'ananiyah' : Keakuan, kekamian, egoisme, egosentrisme.
Tidak hanya manusia² pemalu saja yang begini. Para manusia tokoh dan kelas pemimpin pun rata² begini. Ini wataknya.
Manusia mengkotakkan dirinya kalau tidakdi PPP ya di Golkar atau PDI.
Manusia
mengurung dirinya kalau tidak di Syiah y di Sunni. Di Pekalongan atau
di Bangil dan Jakarta kedua golongan ini sedang asyik²nya bertengkar,
sampai sesekali hampir ke pergulatan fisik.
Manusia memborgol
hidupnya kalau tidak di Muhammadiyah ya di NU, atau ICMI, KAHMI, HMI,
PMII, kelompok diskusi ini dan itu yang anggotanya 10 orang namun
terpecah menjadi 15 bagian.
Manusia membatasi dirinya untuk ikut
jalan tolnya Mbak Tutut dan Hartono atau naik pesawatnya Habibie dan
Ginanjar, atau berpuluh-puluh lokomotif dan gerbong lain yang
sewaktu-waktu bisa dilangsir dan diganti-ganti gandengannya.
Manusia
bergaul satu sama lain dan punya kesukaan untuk meng-klaim, “Khuwi
japemethe.” “Kae bocahe dhewe.” Itu orang kita.” “Itu anak buah saya.”
“Gali yang itu rekan saya, awas kamu jangan berani-beraninya sama saya.”
Manusia
penghuni partai masyariqatau partai maghrib. Aliran Barat atau Timur.
Dan pada saat yang bersamaan mereka masing-masing sesumbar tentang
kemerdekaan, kebebasan, hak asasi manusia.
Manusia sungguh-sungguh memiliki potensi yang besar untuk bodoh dan munafik.
-8 Oktober 1997-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar